ReadWaspada, senin 22 juni 2015 by Harian Waspada on Issuu and browse thousands of other publications on our platform. Start here!
JAKARTA - Jamu adalah salah satu minuman tradisional Indonesia yang sampai saat ini masih digemari jamu mengalami modernisasi dengan masuk ke kafe-kafe dalam diketahui, Jamu dipercaya berasal dari dua kata Jawa Kuno, Djampi yang bermakna penyembuhan dan Oesodo yang bermakna kesehatan. Istilah Jamu diperkenalkan ke publik lewat orang-orang yang dipercaya punya ilmu pengobatan tradisonal. Mengutip jamu umumnya digunakan masyarakat Indonesia sebagai minuman obat alami untuk menjaga kesehatam, serta menyembuhkan berbagai penyakit. Tradisi minum jamu ini diperkirakan sudah ada sejak 1300 M dan merupakan minuman bersejarah. Jamu merupakan minuman berkhasiat dari Indonesia sebagai minuman kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan berbagai penyakit. Jamu disajikan dengan berbagai jenis, mengingat di Indonesia memiliki tanaman herbal berjumlah cukup banyak. Setiap daerah mempunyai jenis Jamu yang berbeda, menyesuaikan dengan tanaman herbal yng tumbuh Jamu tidak terlalu rumit, kebanyakan hanya mengambil sari dari perasan tumbuhan herbal. Ada juga dengan ditumbuk. Seringkali berbahan dasar kunyit, temulawak, lengkuas, jahe, kencur, dan kayu manis. Khusus gula jawa, gula batu, dan jeruk nipis biasanya digunakan sebagai penambah rasa segar dan rasa manis. Uniknya, dalam pembuatan jamu juga disesuaikan takaran tiap bahan, suhu, lama menumbuk atau merebus, dan lainnya. Jika tidak diperhatikan dengan baik, akan kehilangan khasiat dari bahan-bahannya bahkan bisa membahayakan tubuh. Begitu juga dengan perkembangannya, tradisi minum Jamu mengalami pasang surut sesuai zamannya. Secara garis besar terbagi dari zaman pra-sejarah saat pengolahan hasil hutan marak berkembang, zaman penjajahan jepang, zaman awal kemerdekaan Indonesia, hingga saat Indonesia sejak zaman Kerajaan Mataram hingga kini masih menggunakan Jamu. Minuman khas Indonesia ini telah menjadi kebanggaan tersendiri seperti halnya dengan Ayurveda dari India dan Zhongyi dari China. Sejak saat itu, perempuan lebih berperan dalam memproduksi jamu, sedangkan pria berperan mencari tumbuhan herbal alami. Fakta itu diperkuat dengan adanya temuan artefak Cobek dan Ulekan –alat tumbuk untuk membuat jamu. Artefak itu bisa dilihat di situs arkeologi Liyangan yang berlokasi di lereng Gunung Sindoro, Jawa artefak Cobek dan Ulekan, ditemukan juga bukti-bukti lain seperti alat-alat membuat jamu yang banyak ditemukan di Yogyakarta dan Surakarta, tepatnya di Candi Borobudur pada relief Karmawipangga, Candi Prambanan, Candi Brambang, dan beberapa lokasi lainnya. Konon, di zaman dulu, rahasia kesehatan dan kesaktian para pendekar dan petinggi-petinggi kerajaan berasal dari latihan dan bantuan dari ramuan perkembangannya, tradisi minum Jamu sempat mengalami penurunan. Tepatnya saat pertama kali ilmu modern masuk ke Indonesia. Saat itu kampanye obat-obatan bersertifikat sukses mengubah pola pikir masyarakat Indonesia sehingga minat terhadap Jamu menurun. Selain soal standar atau sertifikat, khasiat dari Jamu pun turut masa penjajahan Jepang, sekitar tahun 1940-an, tradisi minum Jamu kembali populer karena telah dibentuknya komite Jamu Indonesia. Dengan begitu, kepercayaan khasiat terhadap Jamu kembali meningkat. Berjalannya waktu, penjualan Jamu pun menyesuaikan dengan teknologi, diantaranya telah banyak dikemas dalam bentuk pil, tablet, atau juga bubuk instan yang mudah diseduh. Saat itu berbenturan dengan menurunnya kondisi pertanian Indonesia yang mengakibatkan beralihnya ke dunia industri termasuk industri Jamu baca industri Fitofarmaka.Tahun 1974 hingga 1990 banyak berdiri perusahaan Jamu dan semakin berkembang. Pada era itu juga ramai diadakan pembinaan-pembinaan dan pemberian bantuan dari Pemerintah agar pelaku industri Jamu dapat meningkatkan aktivitas pertama kali masyarakat Indonesia menggunakan Jamu sebagai minuman kesehatan hingga saat ini, pengolahan Jamu berdasarkan ilmu yang diajarkan secara turun-menurun. Namun saat ini, tradisi pengajaran pembuatan Jamu telah jarang dilakukan, sehingga penjualan Jamu gendong sudah jarang ditemukan. Sekarang ini, semakin sedikit anak muda yang ingin belajar membuat Jamu. Sebagian besar dari mereka berpikir untuk mendapatkan Jamu cukup dengan memanfaatkan Jamu yang dijual sachet dan tak bersetifikat, khasiat Jamu telah teruji oleh waktu secara turun-temurun digunakan sebagai obat tradisional. Sehingga hingga saat ini, minuman berkhasiat khas Indonesia ini selalu terjaga keberlangsungannya. Warisan nenek moyang yang tetap dijaga sampai kapan pun. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
1401/2022 Hallo Ari, kakak bantu jawab ya :) Jawaban yang tepat adalah A. Alat penyajian adalah alat yang digunakan untuk menyajikan suatu produk atau barang. Alat penyajian dibagi menjadi 2, yaitu modern dan tradisional. Berikut contohnya: Alat penyajian tradisional 1)Wadah anyaman bambu 2)Wadah tempurung kelapa 3)Wadah daun pisang Alat
Jamu merupakan salah satu jenis kuliner di Indonesia. Jamu tidak pernah lekang oleh waktu dan keberadaannya terus ada sampai sekarang. Entah sejak kapan tradisi ini mulai muncul, kan tetapi telah diyakini sudah ada sejak zaman pra sejarah dan menjadi bukti jejak warisan nenek moyang. Sebagai minuman asli Indonesia, jamu memiliki ragam bentuk penyajian seperti serbuk, cair, tablet, dan juga pil. Para pelaku usahanya pun memiliki cara berjualan yang berbeda-beda seperti jamu gendong, berkeliling menggunakan motor, sepeda ontel, gerobak, maupun berjualan tetap. Datangnya pandemi Covid-19 menjadikan jamu sebagai salah satu minuman paling diincar oleh banyak orang. Di samping itu, lantas bagaimanakah pasang surut keberadaan jamu di Indonesia? Disinilah kita akan melihatnya dari masa kolonial hingga sekarang. Oleh Tamya Purnama Dalam bahasa Jawi Kuno, istilah jamu berasal dari kata jampi atau usada yang berarti menyembuhkan dan mengobati dengan menggunakan mantera, ajian-ajian, serta doa Trubus, 2019 4. Pada masa kolonial, masyarakat pribumi Jawa mengandalkan ramuan jamu sebagai obat tradisional kala pandemi menyerang bumi nusantara seperti kolera, malaria, dan influenza. Masuk dan berkembangnya ilmu kedokteran modern di tanah Hindia-Belanda menyebabkan popularitas jamu saat itu sedikit tergeser. Kebanyakan masyarakat kalangan menengah dan ke atas beralih ke pengobatan medis modern. Dokter-dokter Eropa pun menganggap jamu sebagai pengobatan yang tidak layak dikonsumsi. Akan tetapi, beberapa dari mereka juga melakukan penelitian dan penulisan terhadap obat-obatan jamu di Indonesia. Sejumlah penulis tersebut antara lain Jacobus Bontinus 1658, Rumphius 1741, William Marsden 1754-1820, Haskarl 1845, dan Kloppenburg-Versteegh 1933 Tilaar dan Widjaja, 2014 59. Sumber Fibiona dan Lestari 2015 47-48 menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat pribumi enggan menggunakan obat-obatan medis yakni sulitnya akses menuju rumah sakit, harga obat medis yang mahal, kurang meyakini kemanjurannya, serta masih mempercayai penyakit yang datang disebabkan ulah dari roh-roh jahat. Pada dasarnya, mereka ingin terus melestarikan keahlian meracik dan meminum jamu yang selalu dilakukan oleh lingkungan keluarga Keraton. Banyak bukti yang sudah ditulis seperti Serat Centhini, Naskah Gatotkaca Sraya, Kidung Harsawijaya, Kitab Sumanasantaka, Kitab Lubdhaka, dan Serat Primbon Jampi Jawi yang diciptakan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono II memuat sekitar 3000 resep jamu Trubus, 2019 9-11. Di lain sisi, jamu tengah bersaing dengan obat-obatan dari Tiongkok. Kendati demikian, persaingannya tidak menyebabkan popularitas jamu tenggelam. Dalam periode ini pula, beberapa industri jamu turut bermunculan seperti Djamoe Iboe Tjap 2 Njonja 1910, Jamu Tjap Djago 1918, dan Jamu Nyonya Meneer 1919. Pada saat pendudukan Jepang, popularitas jamu di Indonesia lebih diakui daripada masa pemerintahan kolonial. Hal ini ditandai dengan dibentuknya Komite Jamu Indonesia yang bertugas untuk menghimbau para pelaku usaha jamu agar mendaftarkan resep ramuannya untuk diperiksa dan diuji oleh Jawatan Kesehatan Rakyat Tilaar dan Widjaja, 2014 60. Industri Jamu semakin banyak didirikan saat ini. Setelah kemerdekaan Indonesia, industri jamu juga semakin berkembang kemunculannya seperti PT Sido Muncul, PT Air Mancur, PT Mustika Ratu, dan Sari Ayu. Kemudian, hal ini pun mendorong pemerintah mengeluarkan peraturan Menteri Kesehatan No. 246/MENKES/PER/V/1990 tentang izin usaha industri obat jamu tradisional dan pendaftaran obat tradisional, serta peraturan Menteri Kesehatan tentang sentra pengembangan dan penerapan pengobatan tradisional Purwaningsih, 2013 86. Sumber narwoko Seiring perkembangan zaman dan semakin banyak masyarakat meminum jamu, maka keamanan dari ramuan ini sudah seharusnya diuji secara ilmiah. Banyak para peneliti yang melakukan pengujian terhadap kelayakan jamu dan tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya. Berbagai penelitian harus terus dilakukan bahkan di beberapa institusi pendidikan tinggi di Indonesia. Usaha yang dilakukan adalah mengadakan berbagai seminar tentang obat-obatan tradisional jamu agar bisa menjadi identitas lokal bangsa Indonesia yang patut dibanggakan. Pada akhirnya, tanggal 27 Mei 2008 Bapak Susilo Bambang Yudhoyono SBY menetapkan sebagai Hari Kebangkitan Jamu Indonesia yang menjadi tanda peresmian jamu sebagai brand lokal Purwaningsih, 2013 87. Dalam perkembangannya pula, terdapat sebuah daerah yang memiliki julukan sebagai Kota Jamu. Kota Jamu ini terletak di Desa Nguter, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah dan memiliki tugu patung mbok jamu yang sangat ikonik. Sebagian besar masyarakat Nguter, berprofesi sebagai pelaku usaha jamu. Tradisi meracik jamu yang mereka jalankan sudah menjadi turun temurun dari generasi ke generasi, dan sudah ada sejak tahun 1965. Sumber Proses pembuatan jamu diolah secara manual dengan bahan-bahan yang masih segar. Proses pengolahannya seperti ditumbuk, diparut, diperas, diblender, dan direbus. Tumbuhan-tumbuhan herbal ini baik didapat dari alam, hasil budidaya sendiri, maupun membeli, diambil bagian tertentu saja seperti bagian daun, biji, buah, kulit, dan batang Laily, Skripsi, 2017 37-39. Biasanya jamu-jamu ini mereka jual di Pasar Nguter, baik dalam kemasan serbuk instan maupun rebusan. Banyak varian khasiat yang ditawarkan seperti jamu pegal linu, asam urat, kunyit asam, sehat wanita, beras kencur, jahe wangi, peluruh lemak, rematik, dan masih banyak lagi. Harga kemasan yang ditawarkan pun beragam sesuai berat isi dan tentunya sangat ramah di kantong. Industri jamu di daerah ini memang kebanyakan belum memperoleh izin dari BPOM, karena masih berupa industri kecil rumahan. Kendati demikian, masih banyak konsumen yang berminat untuk membeli. Biasanya para konsumen membeli jamu untuk meredakan rasa nyeri, mengembalikan stamina tubuh, dan menyembuhkan penyakit tertentu. Penjual jamu di Pasar Nguter tidak hanya dilakukan oleh perempuan saja, tetapi ada juga laki-laki. Mereka berjualan baik dalam kios, di gendong, menggunakan gerobak, maupun sepeda ontel. Jamu telah menjadi bagian dari budaya Nusantara. Jauh sebelum masa modern, kehidupan para leluhur tentu sangat erat dan menyatu dengan alam. Oleh sebab itu, mereka memanfaatkan bagian alam tersebut untuk keberlangsungan hidupnya. Salah satunya adalah jamu yang bahan-bahannya berasal dari tumbuhan maupun hewani. Tradisi yang sudah diturun temurunkan oleh nenek moyang ini ternyata menuai pro dan kontra. Berkembangnya ilmu kedokteran modern, kemudian melakukan pengujian keamanan jamu. Kebijakannya yang selalu berubah-ubah membuat jamu sulit menembus registrasi BPOM, dan selalu mengusahakan agar keberadaannya tetap menjadi kearifan lokal Indonesia. Daftar Pustaka Bagus Adhi Wicaksono, d. Juli 2018. Persepsi Pelaku Industri terhadap Progam Pengembangan Sentra Industri Jamu di Desa Nguter Kabupaten Sukoharjo. Region, 132, 210-234. Cemerlang, M. H. 2011. Pengobatan Tradisional ala Keraton sebagai Warisan Turun Temurun. Yogyakarta Penerbit ANDI. Dr. Martha Tilaar dan Bernard M. 2014. The Power of Jamu Kebudayaan dan Kearifan Lokal Indonesia. Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama. E. 2013. Jamu, Obat Tradisional Asli Indonesia Pasang Surut Pemanfaatannya di Indonesia. eJournal Kedokteran Indonesia, 85-89. Ir. Jamil Musarif, d. 2012. Referensi Tambahan Mendukung Jamu Brand Indonesia. Lestari, A. 2017. Pengetahuan Masyarakat Jawa Tentang Tanaman Bahan Dasar Jamu Tradisional di Desa Brohol Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batubara. Buddayah Jurnal Pendidikan Antropologi, 11, 7-13. Lestari, I. F. Desember 2015. Rivalitas Jamu Jawa dan Obat Tradisional Cina Abad XIX-Awal Abad XX. Jurnal Patrawidya, 164, 483-496. Novitasari, Y. 2012. Sikap Konsumen Jamu Tradisional pada Pasar Tradisional di Kabupaten Sukoharjo. Skripsi. Siti Rumilah, d. September 2020. Kearifan Lokal Masyarakat Jawa dalam Menghadapi Pandemi. SULUK Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya, 22. Triratnawati, A. Juni 2010. Pengobatan Tradisional, Upaya Meminimalkan Biaya Kesehatan Masyarakat Desa di Jawa. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, 132, 69-73. Trubus, R. 2019. Sejarah Jamu di Indonesia. Jakarta PT Trubus Swadaya. Wahjudi, A. d. 2016. Tingkat Penerimaan Penggunaan Jamu sebagai Alternatif Pengobatan Obat Modern pada Masyarakat Ekonomi Rendah-Menengah dan Atas. Jurnal Masyarakat, Kebudayaan, dan Politik, 293, 133-145. Wahyudi, N. R. 2010. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional di Kabupaten Sukoharjo. Skripsi.
LambangKabupaten Jepara Moto : Trus Karyo Tataning Bumi (dari Bahasa Jawa yang artinya "Terus Bekerja Keras Membangun Daerah") Semboy
MATA INDONESIA, JAKARTA-Sejak dulu masyarakat Indonesia memiliki banyak minuman tradisional, salah satunya jamu yang masih menjadi primadona hingga saat ini. Jamu sejatinya tidak hanya dipercaya untuk menjaga kesehatan saja, konon jamu juga bisa menyembuhkan sejumlah penyakit. Nah, tahukah Anda sejak kapan orang Indonesia mengonsumsinya? Diperkirakan, orang Indonesia sudah mengenal jamu sejak 1300 M. Selain itu, catatan sejarah juga membuktikan bahwa minuman ini cukup populer di masa Kerajaan Mataram. Hal ini dibuktikan dengan adanya artefak berupa cobek dan ulekan yang dipakai untuk membuat jamu di Situs Arkeologi Liyangan, Gunung Sindoro, Jawa Tengah. Bukti lain yang memperkuat jamu memiliki sejarah panjang adalah relief-relief di Candi Prambanan, Candi Brambang, dan Candi Borobudur yang menunjukkan adanya minuman tradisional ini. Khusus untuk Candi Borobudur, relief Karmawipangga menunjukkan bahwa jamu memang telah dikonsumsi oleh masyarakat Jawa kuno. Kalau soal nama, Jamu diperkirakan berasal dari kombinasi kata-kata Jawa kuno berupa “djampi” yang artinya adalah menyembuhkan dan “oesodo” yang bisa diartikan sebagai “sehat”. Bahkan, di zaman kerajaan, jamu juga dianggap sebagai salah satu kunci kesaktian anggota kerajaan, bangsawan, dan para pendekar. Di masa penjajahan Belanda, minat masyarakat meminum jamu sempat menurun. Untungnya, di akhir masa penjajahan Jepang, tepatnya sekitar 1940-an, Komite Jamu Indonesia terlahir dan berhasil kembali mempopulerkan jamu. Modernisasi teknologi ikut merambah peralatan-peralatan produksi jamu sehingga membuat pabrik-pabrik jamu modern bermunculan pada 1974 hingga 1990. Jamu di zaman sekarang memiliki lebih banyak varian jika dibandingkan dengan di zaman dahulu. Kini, kamu bisa menemukan jamu berbentuk pil, tablet, bubuk instan, atau bahkan berupa minuman sachetan. Sayangnya, hal ini juga berimbas pada semakin menurunnya jumlah pedagang jamu gendong yang legendaris. Selain itu, pengetahuan tentang manfaat jamu pun semakin sulit dicari. Hal ini berdampak pada berubahnya anggapan masyarakat kepada jamu. Jamu seakan-akan nggak lagi ampuh mengatasi masalah kesehatan dibandingkan dengan obat-obtan konvensional. Padahal, meski nggak disertai dengan sertifikat, ramuan jamu juga bermanfaat.
Bagaimanajamu bisa menjadi solusi akan problema nutrisi, lingkungan, dan kesehatan di Indonesia. Jamu, minuman tradisional solusi nutrisi, lingkungan, dan kesehatan Halaman 2 - tunggu

Dua tahun lalu ketika masyarakat demam akan jamu Empon-empon, minuman tradisional Nusantara kembali mendapat panggungnya. Yuk kita lihat juga berbagai minuman tradisional Nusantara lainnya yang tak kalah berkhasiat, bahkan konon merupakan rahasia para pendekar zaman kamu, tradisi minuman jamu diperkirakan sudah ada sejak 1300 M di bumi Nusantara? Sebuah catatan Kerajaan Mataram menyebutkan, kala itu para wanita menumbuk dan meracik jamu, sementara kaum pria yang bertugas mencari berupa alat penumbuk jamu ditemukan di situs arkeologi Liyangan yang berlokasi di lereng Gunung Sindoro, Jawa Tengah. Bahkan gambaran masyarakat yang sedang meracik jamu ditemukan di relief Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Brambang, dan beberapa lokasi lainnya. Konon, di zaman dulu, rahasia kesehatan dan kesaktian para pendekar dan bangsawan kerajaan berasal dari latihan ilmu bela diri dan kebatinan, plus racikan minuman tradisional. Kala itu, ada profesi khusus peracik jamu yang disebut ’Acaraki’. Bagi kita yang hidup di era modern, jangan lupakan khasiat dari berbagai minuman tradisional Nusantara. Mari hidupkan kembali tradisi luhur di rumah kita!Tegal Wedang Alang-alangBicara soal wedang, biasanya langsung identik dengan wedang uwuh yang populer sebagai oleh-oleh kota Yogyakarta. Tak banyak yang kenal Wedang Alang-alang, kearifan lokal Tegal yang sudah turun-menurun dipakai untuk menghangatkan badan dan menangkal gejala pilek. Tidak sulit untuk membuatnya, mari kita coba kreasikan di dapur Wedang Alang-alang oleh Frielingga SitMadura Wedang PokakPada masa darurat karantina Covid19 di Surabaya tahun lalu, nama Wedang Pokak beredar dan jadi dikenal luas karena disajikan oleh wali kota di dapur umum. Inilah minuman tradisional Jawa Timur yang dipercaya dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Wedang Pokak mengandung nutrisi baik dari rempah sereh, jahe, cengkeh, sahang, bunga lawang, daun pandan, dan kayu Wedang Pokak oleh nurmaretha dsKudus dan Pati Wedang CoroEits, jangan bayangkan coro yang di bahasa daerah tertentu identik dengan serangga ya hehehe. Wedang Coro atau dikenal juga di Jepara sebagai Adon-adon Coro namanya diambil dari kata “cara” karena minuman ini dapat diracik melalui beberapa cara. Seperti apa itu? Cek resepnya di bawah!Resep Jamu Coro Demak oleh Zulifatul AfwahDKI Jakarta Bir PletokSalam kenal dari Bir Pletok, minuman khas dari masyarakat Betawi sejak era kolonial Belanda. Bir Pletok konon terinspirasi dari fenomena orang-orang Belanda di Batavia yang biasa minum bir dingin bersama-sama untuk menyegarkan tubuh setelah bekerja seharian. Masyarakat Betawi kemudian meracik versi mereka sendiri dari rempah lokal untuk menyegarkan badan lelah.​​Resep Bir Pletok oleh Etania Mandasari Maluku Utara Air GurakaTak hanya dari Pulau Jawa, pulau-pulau lain di Nusantara juga punya pesona minumannya tersendiri. Salah satunya Air Guraka yang terbuat dari bahan utama jahe dan gula merah yang menghangatkan badan dan memberi energi. Resep Air Guraka oleh Dapur AirinMakassar SarabaPenggemar susu hangat di malam hari, jangan ketinggalan mencoba racikan Saraba! Di kota asalnya, minuman yang agak mirip bandrek ini biasa disantap bersama camilan pisang goreng. Hmm seperti apa sensasi perpaduannya? Mari kita coba di rumah!Resep Wedang Saraba oleh irani naraMeracik minuman apa minggu ini? Bagikan resep dan tipsnya di Cookpad ya!

MenciptakanFashion Open Source Mengembangkan pandangan, bertukar ilmu dan inspirasi akan fashion dan segala proses yang ada di dalamnya secara gratis. (Saya percaya ilmu pengetahuan baru berguna saat dibagikan dan seharusnya diperoleh secara gratis!) Mengenal Fashion Secara Keseluruhan Mengembangkan dan mempelajari fashion mulai dari hulu ke hilir, seperti
B. Lengkapilah soal berikut dengan jawaban yang tepat. 1. Manfaat jamu daun pepaya adalah .... 2. Untuk memulihkan kesehatan sesudah sakit dapat digunakan jamu 3. Jamu yang digunakan untuk melancarkan ASI adalah .... 4. Wedang kopi, wedang jahe, dan wedang serbat termasuk jenis minuman... 5. Es dawet, es kopyor, dan es buah termasuk jenis minuman 6. Semelak pace merupakan jamu yang dapat digunakan sebagai obat .... 7. Alat penyajian minuman jamu tradisional pada zaman dahulu berupa 8. Daerah asal minuman khas wedang ronde adalah 9. Minuman khas dari Banjarnegara adalah .... 10. Alat untuk menghidangkan es campur adalah .... PR C. Jawablah soal-soal berikut dengan singkat dan tepat. Jawaban1. inti-inflamasi seperti papain, flavonoid,dan vitamin E2. beras kencur3. kunyit asam4. panas5. dingin6. batuk,pilek,dan masuk angin7. bambu8. jawa tengah dan Yogyakarta9. dawet10. mangkuk dan sendok sorry kalok salah
Peralatanuntuk membantu dalam berkomunikasi telah dimulai sajak zaman dahulu tentunya masih menggunakan cara – cara konvensional serta peralatan yang sederhana. DAFTAR/MASUK. E-PAPER. E-PAPER.
04tWD.
  • 4rplixzofp.pages.dev/420
  • 4rplixzofp.pages.dev/69
  • 4rplixzofp.pages.dev/189
  • 4rplixzofp.pages.dev/352
  • 4rplixzofp.pages.dev/345
  • 4rplixzofp.pages.dev/175
  • 4rplixzofp.pages.dev/547
  • 4rplixzofp.pages.dev/352
  • alat penyajian minuman jamu tradisional pada zaman dahulu berupa