imankepada qada dan qadar . jurnailbdaiero wacana iman dan kebudayaan . iman dan nilai-nilai kristiani . iman dan tata nilai rabbĀniyah iman dan perbuatan di dunia sekuler . makalah iman, kufur, munafik, dan syirik . iman dan persoalan makna serta tujuan hidup . pencarian identitas diri dan pertumbuhan iman remaja . mei 2017 membangkitkan 73% found this document useful 15 votes24K views13 pagesCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?73% found this document useful 15 votes24K views13 pagesMakalah Qada Dan QadarJump to Page You are on page 1of 13 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 12 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. Berimankepada Qada dan qodar merupakan Rukun Iman yang ke enam yang harus di yakini dan di imani. Iman kepada qada dan qadar berarti meyakini dan mempercayai dengan sepenuh hati bahwa segala yang ada di dunia ini terjadi menurut kekuasaan dan kehendak Allah SWT, sesuai aturan ciptaan Nya [1].Jika pemahaman terhadap rukun Islam yang ke enam tidak hati-hati, tidak dilandasi dengan iman, serta
Download Free DOCXDownload Free PDFMAKALAH Qadar dan Qadar dan Qadar dan Qadar dan SugaraDengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan taufik dan hidayah-Nya makalah yang berjudul "Qadar dan qadar" telah diselesaikan penyusunannya.
Definisiqadha' dan qadar serta kaitan di antara keduanya. 1. Qadar. Qadar, menurut bahasa yaitu: Masdar (asal kata) dari qadara-yaqdaru-qadaran, dan adakalanya huruf daal-nya disukunkan (qa-dran). Ibnu Faris berkata, "Qadara: qaaf, daal dan raa' adalah ash-sha-hiih yang menunjukkan akhir/puncak segala sesuatu.
BAB I PENDAHULUAN Hidup ini memang penuh dengan warna. Dan ingatlah bahwa hakikat warna-warni kehidupan yang sedang kita jalani di dunia ini telah Allah tuliskan tetapkan dalam kitab “Lauhul Mahfudz” yang terjaga rahasianya dan tidak satupun makhluk Allah yang mengetahui isinya. Semua kejadian yang telah terjadi adalah kehendak dan kuasa Allah SWT. Begitu pula dengan bencana-bencana yang akhir-akhir ini sering menimpa bangsa kita. Gempa, tsunami, tanah longsor, banjir, angin ribut dan bencana-bancana lain yang telah melanda bangsa kita adalah atas kehendak, hak, dan kuasa Allah bekal keyakinan terhadap takdir yang telah ditentukan oleh Allah SWT, seorang mukmin tidak pernah mengenal kata frustrasi dalam kehidupannya, dan tidak berbangga diri dengan apa-apa yang telah diberikan Allah SWT. Kematian, kelahiran, rizki, nasib, jodoh, bahagia, dan celaka telah ditetapkan sesuai ketentuan-ketentuan Ilahiah yang tidak pernah diketahui oleh manusia. Dengan tidak adanya pengetahuan tentang ketetapan dan ketentuan Allah ini, maka kita harus berlomba-lomba menjadi hamba yang saleh-muslih, dan berusaha keras untuk menggapai cita-cita tertinggi yang diinginkan setiap muslim yaitu melihat Rabbul’alamin dan menjadi penghuni Surga. Keimanan seorang mukmin yang benar harus mencakup enam rukun. Yang terakhir adalah beriman terhadap takdir Allah, baik takdir yang baik maupun takdir yang buruk. Salah memahami keimanan terhadap takdir dapat berakibat fatal, menyebabkan batalnya keimanan seseorang. Terdapat beberapa permasalahan yang harus dipahami oleh setiap muslim terkait masalah takdir ini. 1. Apa yang dimaksud dengan iman qada’ dan qadar? 2. Takdir dibagi menjadi berapa macam? 3. Apa fungsi beriman kepada qada’dan qadar Allah SWT? 4. Bagaimana ciri – ciri orang yang beriman kepada qada’ dan qadar? 5. Bagaimana hikmah bagi orang yang beriman kepada qada’ dan qadar? C. Tujuan Makalah Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah Untuk memahami iman kepada qada’ dan qadar Untuk memahami dan mengetahui macam-macam takdir Untuk memahami fungsi iman kepada qada’ dan qadar Untuk mengetahui ciri-ciri orang yang beriman kepada qada’ dan qadar Untuk mengetahui hikmah bagi orang yang beriman kepada qada’ dan qadar BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Beriman Kepada Qada’ Dan Qadar Iman adalah keyakinan yang diyakini didalam hati, diucapkan dengan lisan, dan dilaksanakan dengan amal perbuatan. Kalau kita melihat qada’ menurut bahasa artinya Ketetapan. Qada’artinya ketetapan Allah swt kepada setiap mahluk-Nya yang bersifat Azali. Azali Artinya ketetapan itu sudah ada sebelumnya keberadaan atau kelahiran mahluk. Sedangkan Qadar artinya menurut bahasa berarti ukuran. Qadar artinya terjadi penciptaan sesuai dengan ukuran atau timbangan yang telah ditentuan sebelumnya. Qada’ dan Qadar dalam keseharian sering kita sebut dengan takdir. Jadi, Iman kepa qada’ dan qadar adalah percaya sepenuh hati bahwa sesuatu yang terjadi, sedang terjadi, akan terjadi di alam raya ini, semuangnya telah ditentukan Allah SWT sejak jaman azali. Iman kepada qada’ dan qadar termasuk rukun iman yang keenam. Rasulullah bersabda Yang Artinya “Iman adalah kamu percaya kepada allah, para malaikat, kitab-kitab, para rasul-Nya, hari akhir, dan kamu percaya kepada takdir baik maupun buruk.” HR. Muslim Yang Artinya “Malaikat akan mendatangi nuthfah yang telah menetap dalam rahim selama empat puluh atau empat puluh lima malam seraya berkata; 'Ya Tuhanku, apakah nantinya ia ini sengsara atau bahagia? ' Maka ditetapkanlah salah satu dari keduanya. Kemudian malaikat itu bertanya lagi; 'Ya Tuhanku, apakah nanti ia ini laki-laki ataukah perempuan? ' Maka ditetapkanlah antara salah satu dari keduanya, ditetapkan pula amalnya, umurnya, ajalnya, dan rezekinya. Setelah itu catatan ketetapan itu dilipat tanpa ditambah ataupun dikurangi lagi.” HR. Muslim Allah berfirman Yang Artinya “Tiadalah suatu bencana menimpa di bumi dan tidak pula pada dirimu, melainkan dahulu sudah tersurat dalam kitab Lauhul Mahfuz sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” QS. Al-Hadiid22 Takdir terbagi menjadi dua bagian,yakninya Takdir mu’allaq adalah takdir Allah SWT atas makhluknya yang memungkinkan dapat berubah karena usaha dan ikhtiar manusia. Allah berfirman Artinya “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka itu mengubah nasibnya sendiri.” Ar-Radu 11 Contoh Miskin bisa jadi kaya, lantaran bekerja keras Allah berfirman Artinya “Dan katakanlahhai Muhammad Bekerjalah kamu semua, maka Allah dan Rasulnya serta orang mukmin akan melihat hasil pekerjaanmu.’ At- Taubah ayat 105 Bodoh Menjadi Pintar , lantaran mau belajar giat Allah berfirman Artinya “Belajarlah kamu sekalian, ajarkanlah bertawakal kamu kepada guru, serta lemah lembutlah kamu kepada murid.” Tabrani Orang sakit bisa menjadi sembuh, lantaran berobat dan berdoa Allah berfirman Artinya “Berdoalah kamu kepada-Ku niscaya Aku akan mengabulkan permohonanmu.” Al-Mu’minun ayat 60 Takdir mubram ialah takdir yang pasti terjadi dan tidak dapat dielakkan kejadiannya. Contohnnya nasib manusia,lahir, kematian, jodoh dan rizkinya,terjadinya sebagainya. Qada’ & qadar Allah SWT yang berhubungan dengan nasib manusia adalah rahasia Allah SWT, hanya Allah SWT yang mengetahuinya. Manusia diperintahkan mengetahui qada’dan qadarnya melalui usaha dan ikhtiar. Kapan manusia lahir, bagaimana statusnya sosialnya, bagaimana rizkinya ,siapa anak istrinya,dan kapanya meninggalnya,adalah rahasia Allah SWT. Jalan hidup manusia seperti itu sudah ditetapkan sejak zaman azali yaitu masa sebelum terjadinya sesuatu atau massa yang tidak bermulaan. Tidak seorang pun yang mengetahui hal tersebut. C. Fungsi Beriman Kepada Qada’dan Qadar Allah SWT Beriman kepada qada’dan qadar mempunyai fungsi penting bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Diantaranya 1. Mempunyai semangat ikhtiar Ikhtar artinya melakukan perbuatan yang baik dengan penuh kesungguhan dan keyakinan akan hasil yang baik bagi dirinya. Dengan pemahaman seperti itulah ,seorang murid akan bekerja keras agar biasa sukses,pedagang akan hidup hemat agar usahanya berkembang, dan sebagainya. Allah SWT berfirman Yang Artinya“Dan bahwa manusia hanya meperoleh apa yang usahakannya. Dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkankepadanya.” 2. Mempunyai sifat sabar dalam menghadapi cobaan Dengan percaya qada’ dan qadar,manusia akan sadar bahwa kehidupan adalah ujian-ujian yang harus dilalui dengan sabar. Sabar adalah sikap mental yang teguh pendirian,berani menghadapi tantangan,tahan uji,dan tidak menyerah pada kesulitan. Teguh pendirian berarti tidak mudah goyah dalam memagang prisip atau pedoman hidup,berani menghadapi tantangan berarti berani menghadapi cobaan,penderitaan,kesakitan dan kesensaraan. Cobaan harus dihadapi dengan tenang, dipikir dengan jernih, dicari jalan keluarnya tampa menyerah pada kesulitan,dan akhirnya diserahkan kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman Yang Artinya Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya mengatakan,’’kami telah beriman,”dan mereka tidak di uji” 3. Sabar bahwa cobaan adalah qada’dan qadar dari Allah SWT Segala yang ada di alam semesta hakikatnya adalah milik Allah SWT dan suatu saat akan kembali kepada Allah SWT. Firman Allah SWT Artinya“Yaitu orang-orang apabila ditimpa musibah,mereka berkata’Inna’lilliahi wa inna ilaihi rajiun’. Albaqarah,2156 dTawakal Tawakal menurut bahasa artinya bersandar atau berserah diri. Dalam istilah agama, tawakal artinya berserah dirisepenuhnya kepada Allah SWT dalam menghadapi atau menunggu hasil dari suatu pekerjaan atau usaha. Menurut Imam Al-Ghazali, tawakal artinya menyandarkan diri kepada Allah SWT dalam menghadapi setiap kepentingan. Dalam hal ini, tawakal kepada Allah SWT bkan berarti penyandaran diri kepada Allah SWT secara mutlak, melaikan penyandaran diri yang haras didahului dengan kerja keras dalam berikhtiar berdasarkan kemampuan maksimal. D. Ciri-ciri Orang yang Beriman Kepada Qada’ dan Qadar 1. Qana’ah dan Kemuliaan Diri Seseorang yang beriman kepada qadar mengetahui bahwa rizkinya telah tertuliskan, dan bahwa ia tidak akan meninggal sebelum ia menerima sepenuhnya, juga bahwa rizki itu tidak akan dicapai oleh semangatnya orang yang sangat berhasrat dan tidak dapat dicegah oleh kedengkian orang yang dengki. Ia pun mengetahui bahwa seorang makhluk sebesar apa pun usahanya dalam memperoleh ataupun mencegahnya dari dirinya, maka ia tidak akan mampu, kecuali apa yang telah Allah tetapkan baginya. Dari sini muncullah qana’ah terhadap apa yang telah diberikan, kemuliaan diri dan baiknya usaha, serta membebaskan diri dari penghambaan kepada makhluk dan mengharap pemberian mereka. Hal tersebut tidak berarti bahwa jiwanya tidak berhasrat pada kemuliaan, tetapi yang dimaksudkan dengan qana’ah ialah, qana’ah pada hal-hal keduniaan setelah ia menempuh usaha, jauh dari kebakhilan, kerakusan, dan dari mengorbankan rasa malunya. Maksud dari cita-cita yang tinggi adalah menganggap kecil apa yang bukan akhir dari perkara-perkara yang mulia. Sedangkan cita-cita yang rendah, yaitu sebaliknya dari hal itu, ia lebih mengutamakan sesuatu yang tidak berguna, ridha dengan kehinaan, dan tidak menggapai perkara-perkara yang mulia. Iman kepada qadar membawa pelakunya kepada kemauan yang tinggi dan menjauhkan mereka dari kemalasan, berpangku tangan, dan pasrah kepada takdir. 3. Bertekad dan Bersungguh-Sungguh dalam Berbagai Hal Orang yang beriman kepada qadar, ia akan bersungguh-sungguh dalam berbagai urusannya, memanfaatkan peluang yang datang kepadanya, dan sangat menginginkan segala kebaikan, baik akhirat maupun dunia. Sebab, iman kepada qadar mendorong kepada hal itu, dan sama sekali tidak mendorong kepada kemalasan dan sedikit beramal. Bahkan, keimanan ini memiliki pengaruh yang besar dalam mendorong para tokoh untuk melakukan pekerjaan besar, yang mereka menduga sebelumnya bahwa kemampuan mereka dan berbagai faktor yang mereka miliki pada saat itu tidak cukup untuk menggapainya. 4. Bersikap Adil, Baik Pada Saat Senang Maupun Susah Iman kepada qadar akan membawa kepada keadilan dalam segala keadaan, sebab manusia dalam kehidupan dunia ini mengalami keadaan bermacam-macam. Orang-orang yang beriman kepada qadar menerima sesuatu yang menggembirakan dan menyenangkan dengan sikap menerima, bersyukur kepada Allah atasnya, dan menjadikannya sebagai sarana atas berbagai urusan akhirat dan dunia. Lalu, dengan melakukan hal tersebut, mereka mendapatkan, berbagai kebaikan dan keberkahan, yang semakin melipatgandakan kegembiraan mereka. Mereka menerima hal-hal yang tidak disenangi dengan keridhaan, mencari pahala, bersabar, menghadapi apa yang dapat mereka hadapi, meringankan apa yang dapat mereka ringankan, dan dengan kesabaran yang baik terhadap apa yang harus mereka bersabar terhadapnya. Sehingga mereka, dengan sebab itu, akan mendapatkan berbagai kebaikan yang besar yang dapat menghilangkan hal-hal yang tidak disukai, dan digantikan oleh kegembiraan dan harapan yang baik. 5. Selamat Dari Kedengkian dan Penentangan Iman kepada qadar dapat menyembuhkan banyak penyakit yang menjangkiti masyarakat, di mana penyakit itu telah menanamkan kedengkian di antara mereka, misalnya hasad yang hina. Orang yang beriman kepada qadar tidak dengki kepada manusia atas karunia yang Allah berikan kepada mereka, karena keimanan-nya bahwa Allah-lah yang memberi dan menentukan rizki mereka. Dia memberikan dan menghalangi dari siapa yang dikehendaki-Nya, sebagai ujian. Apabila dia dengki kepada selainnya, berarti dia menentang ketentuan Allah. Jika seseorang beriman kepada qadar, maka dia akan selamat dari kedengkian, selamat dari penentangan terhadap hukum-hukum Allah yang bersifat syar’i syari’at dan ketentuan-ketentuan-Nya yang bersifat kauni sunnatullah, serta menyerahkan segala urusannya kepada Allah semata. E. Hikmah Orang Yang Beriman Kepada Qada’ Dan Qadar Dengan beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga bagi kita dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Hikmah tersebut antara lain 1. Banyak Bersyukur dan Bersabar Orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila mendapat keberuntungan, maka ia akan bersyukur, karena keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri. Sebaliknya apabila terkena musibah maka ia akan sabar, karena hal tersebut merupakan ujian. Firman Allah Yang Artinya”dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah datangnya, dan bila ditimpa oleh kemudratan, maka hanya kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan. ” QS. An-Nahl ayat 53. 2. Menjauhkan Diri dari Sifat Sombong dan Putus Asa Orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh keberhasilan, ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh kesah dan berputus asa , karena ia menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya adalah ketentuan Allah. Firman Allah SWT yang Artinya Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. ayat 87 3. Bersifat Optimis dan Giat Bekerja Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang tentu menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu tidak datang begitu saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu. Firman Allah yang Artinya Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari kenikmatan duniawi dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. QS Al- Qashas ayat 77 Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa mengalami ketenangan jiwa dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa yang ditentukan Allah kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena musibah atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi. Yang Artinya Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang lagi diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah kedalam sorga-Ku. QS. Al-Fajr ayat 27-30 BAB III KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP Beriman kepada qada’ dan qadar akan melahirkan sikap optimis,tidak mudah putus asa, sebab yang menimpanya ia yakini sebagai ketentuan yang telah Allah takdirkan kepadanya dan Allah akan memberikan yang terbaik kepada seorang muslim,sesuai dengan sifatnya yang Maha Pengasih dan Maha karena itu,jika kita tertimpa musibah maka ia akan bersabar,sebab buruk menurut kita belum tentu buruk menurut Allah,sebaliknya baik menurut kita belum tentu baik menurut dalam kaitan dengan takdir ini seyogyanya lahir sikap sabar dan tawakal yang dibuktikan dengan terus menerus berusaha sesuai dengan kemampuan untuk mencari takdir yang terbaik dari Allah. Keimanan seseorang akan berpengaruh terhadap perilakunya karena itu,penulis menyarankan agar kita senantiasa meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah SWT agar hidup kita senantiasa berhasil menurut pandangan Allah keyakinan kita terhadap takdir Allah senantiasa ditingkatkan demi meningkatkan amal ibadah Kita harus senantiasa bersabar,berikhtiar dan bertawakal dalam menghadapi takdir Allah. Demikianlah makalah saya,saya menyadari makalah saya ini jauh dari kesempurnaan,maka dari itu saya harapkan kritik dan saran yang membangun dari teman-teman sekalian beserta dosen mata kuliah. Sehingga saya bisa memperbaiki makalah selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA Bazir,Mulyono, Pendidikan Agama Tengah CV. Media Karya Putra
Belikoleksi Iman Kepada Qada Dan Qadar online lengkap edisi & harga terbaru April 2022 di Tokopedia! ∙ Promo Pengguna Baru ∙ Kurir Instan ∙ Bebas Ongkir ∙ Cicilan 0%. Website tokopedia memerlukan javascript untuk dapat ditampilkan. KATA PENGANTARDengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi MahaPanyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telahmelimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kamidapat menyelesaikan Makalah tentang “Iman Kepada Takdir Qada’ QadarAllah”.Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuandari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telahberkontribusi dalam pembuatan makalah dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih adakekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenaitu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembacaagar kami dapat memperbaiki Makalah kata kami berharap semoga Makalah “Iman Kepada Takdir Qada’Qadar Allah” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap 4 Oktober 2019Penyusuni

Imankepada qada dan qadar artinya mempercayai bahwa semua kejadian baik yang sudah terjadi, sedang terjadi, dan yang akan tejadi adalah kehendak dari ketentuan Allah. Firman Allah swt dalam surat Al-Furqan ayat 25 : "Yang kepunyaanNya-lah kerajaan langit dan bumi, dan dia tidak mempunyai anak dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaa (Nya

IMAN KEPADA QADHA’ DAN QADAR Makalah Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah DosenPembimbing Prof. Dr. Ali Mas’ud, Muhammad Fahmi M. Hum, Disusun Oleh Nabila Qathrunnada D71218088 Nurin Nabila D71218091 Qurrota A’yunin D71218095 Alfi Khasanah D91218117 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2018 KATA PENGANTAR Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang maha Esa karena atas ridho dan limpahan rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Iman Kepada Qadha’ dan Qadar” ini dengan tepat waktu, terlepas dari segala ketidaksempurnaan yang terkandung dalam makalah ini. Untuk itu sangat penting bagi penulis untuk berterima kasih atas pihak-pihak yang telah memberikan perannya dalam pembuatan makalah ini. Terutama dosen pembimbing mata kuliah Aqidah Ilmu Kalam, yaitu Prof. Dr. Ali Mas’ud, dan Muhammad Fahmi, yang banyak memberikan masukan dan bimbingannya dalam penulisan makalah ini sehingga tersusun dengan sistematis dan komperhensif. Oleh karena itu besar harapan penulis tentang makalah ini, semoga dapat bermanfaat dan memberikan pengaruh yang baik bagi pembaca. Terlepas dari itu semua penulis sangat menyadari adanya kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya dan kritikan yang membangun atas makalah ini. Surabaya, 19 September 2018 Penyusun DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.............................................................................. i DAFTAR ISI............................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah........................................................................... 1 C. Tujuan Makalah.............................................................................. 1 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Iman Kepada Qadha’ dan Qadar Allah........................ 3 B. Kebebasan Kehendak Manusia...................................................... 4 C. Hubungan Kebebasan Manusia dan Allah..................................... 6 D. Hikmah Beriman Kepada Qadha’ dan Qadar................................ 9 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan.................................................................................. 10 B. Saran............................................................................................ 10 DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 11 BAB I PENDAHULUAN Secara umum Aqidah Ilmu Kalam membahas tentang ajaran-ajaran dasar dari suatu agama. Aqidah Ilmu Kalam ini mempelajari akidah/teologi yang akan memberi seseorang keyakinan-keyakinan yang berdasarkan pada landasan yang kuat, yang tidak mudah diombang-ambingkan oleh peredaran zaman. Secara khusus ilmu kalam juga membahas tentang rukun-rukun iman yang mencakup materi dari iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat Allah, Iman Kepada Kitab-kitab Allah, Iman Kepada Rasul-rasul Allah, Iman kepada hari kiamat, dan Iman kepada Qadha’ dan Qadar Allah. Dalam sehari hari kita harus menerapkan ilmu aqidah dengan baik, agar ilmu yang kita dapatkan bisa bermanfaat dan juga bisa menjadikan keuntungan bagi diri kita maupun diri orang lain, disini kami akan menjelaskan Aqidah Ilmu Kalam yang membahas tentang iman kepada qada’ dan Qodarnya Allah. 1. Bagaimana pengertian iman kepada qadha’ dan qadar Allah ? 2. Bagaimana kebebasan kehendak manusia terhadap qada’ dan qadar Allah ? 3. Bagaimana hubungan kebebasan manusia dan Allah ? 4. Bagaiaman hikmah iman kepada qada’ dan Qadar Allah ? 1. Untuk mengetahui pengertian iman kepada qadha’ dan qadar Allah. 2. Untuk mengetahui kebebasan kehendak manusia terhadap qada’ dan qadar Allah. 3. Untuk mengetahui hubungan kebebasan manusia dan Allah. 4. Untuk mengetahui hikmah iman kepada qada’ dan Qadar Allah. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Iman Kepada Qadha’ dan Qadar Allah Qadha’ menurut ilmu tauhid memiliki pengertian yaitu sesuatu yang sudah terjadi atau telah terjadi pada seseorang, artinya yaitu kejadian tersebut telah berlalu atau telah dilakukan.[1] Sedangkan Qadar menurut ilmu tauhid, memiliki pengertian takdir dimana apabila diperluas pengertiannya yaitu sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah SWT. kepada hamba-hamba-Nya baik bersifat perseorangan maupun golongan, baik tentang nasib perjalanan hidup ataupun tentang peraturan-peraturan yang ditetapkan. Manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan semua makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT. memiliki ukuran, kekuatan, watak, kegunaan dan kemampuan yang berbeda-beda sesuai dengan yang telah ditentukan oleh Allah SWT.. Namun demikian, khususnya manusia diberikan keistimewaan tersendiri oleh Allah SWT. untuk menentukan mana yang baik dan mana yang buruk melalui pertimbangan akal dan hatinya. Oleh karena itu, mempercayai Qadar merupakan salah satu rukun iman.[2] Adapula pendapat yang mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan qadha’ dan qadar adalah kehendak Allah yang azali untuk menciptakan sesuatu dalam bentuk tertentu qadha kemudian mewujudkannya atau merealisasikannya dalam kehidupan nyata yang kongkrit seusuai dengan kehendak yang azali itu qadar. Namun sebagian ulama mengatakan sebaliknya, mereka meberpendapat bahwa qadar ialah rencana atau ketentuan Allah dalam azali dan qadha adalah pelaksanaannya dalam kehidupan nyata.[3] Ahlussunnah wal Jama’ah yakin bahwa segala kebaikan dan keburukan itu berdasarkan qadha’ dan qadar Allah, dan Allah melakukan apa yang dikehendaki-Nya. Tidak ada sesuatu yang keluar dari kehendak dan kekuasaan-Nya. Allah maha mengetahui sesuatu hal yang akan terjadi dan yang belum terjadi di masa azali. Allah lah yang menentukan dan mengendaki segala sesuatunya terjadi. Dan dibalik hal yang telah ditentukannya itu pasti ada hikmahnya. Dia mengetahui takdir seluruh hamba-Nya, mengetahui tentang rizki, ajal, amal dan yang lainnya. Dapat disimpulkan, qadar adalah perkara yang telah diketahui dan telah dituliskan oleh Allah dari hal-hal yang akan terjadi hingga akhir zaman nanti.[4] Ahlussunnah Wal Jamaah juga berkeyakinan bahwa qadar itu adalah rahasia Allah dalam penciptaan-Nya, tidak ada yang mengetahui sekalipun malaikat yang dekat dengan Allah dan nabi yang diutus oleh Allah. Mendalami dan mengkaji mengenai hal itu adalah kesesatan, karena Allah SWT. menutup ilmu tentang qadar dari makluknya, dan melarang mereka untuk membahasnya.[5] Sehingga dari sini dapat disimpulkan bahwa qadha’ dan qadar adalah satu kesatuan dimana qadha’ merupakan realisasi atau pelaksanaan dari rencana Allah yang telah disusun, dan qadar merupakan rencana atau ketentuan yang Allah susun untuk direalisasikan kepada kehidupan nyata ini. Qadar dan qadha’ adalah ilmu Allah yang azali terhadap segala sesuatu yang hendak diwujudkan berupa alam, makhluk, perkara baru dan segala sesuatu.[6] B. Kebebasan Kehendak Manusia Dalam kitab Aqidatul Mukmin menjelaskan bahwa apapun yang ada dialam semesta ini adalah rencana Allah dan apa-apa yang telah kami perhatikan berupa keajaiban penciptaan dan pengaturan, itu terdapat di semua alam maujud, baik manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan maupun benda keras. Dari penjelasan diatas qadha dan qadar Allah ilmu Allah yang azali terhadap segala sesuatu yang hendak diwujudkan berupa alam, makhluk, perkara baru, dan segala sesuatu. Dengan adanya penciptaan tentang kadarnya, tatacaranya, sifatnya, masanya, tempatnya, sebabnya, pendahuluannya dan kesimpulannya tak satupun yang tertinggal dari ketentuan waktunya, mendahului batasan-batasan masanya, menambah dan mengurangi kadar takdir, dan berubah dalam tatacara dan sifatnya. Allah Swt. Menciptakan manusia berikut perbuatannya, dan Dia memberi kehendak, kemampuan, ikhtiar dan ma’isyah yang diberikan Allah untuknya, sehingga perbuatan-perbuatannya berasal dari-Nya secara hakiki bukan majazi. Kemudian Dia memberikan akal untuknya agar bisa membedakan mana yang haq dan mana yang bathil. Dia tidak menghisabnya kecuali terhadap perbuatan-perbuatannya yang dilakukan dengan kehendak dan ikhtiarnya. Manusia tidak dipaksa, akan tetapi manusia memiliki kehendak dan keikhtiaran, sehingga ia bisa memilih dan perbuatan-perbuatan dan keyakinannya. Hanya saja kehendak itu mengikuti kehendak Allah. Semua yang dikendaki Allah pasti terjadi, dan apa yang tidak dikehendaki Allah tidak akan Allah-lah pencipta alam dan seluruh isinya.[7] Menurut Ahlus sunnah wal jama’ah Qadar Allah adalah rahasia Allah pada penciptaan-Nya. Mendalami dan mengkaji mengenai itu adalah kesesatan dan muncul persoalan yang timbul mengenai kehendak dan kebebasan dalam berbuat. Maksudnya adalah apakah manusia mempunyai kebebasan yang mutlak atau kehendaknya yang bebas dalam melakukan sesuatu yang dikehendaki atau dia tidak mempunyai kebebasan apa-apa dalam perbuatannya itu. Segala apa yang dilakukannya adalah mengikuti sepenuhnya akan ketentuan yang telah digariskan Allah kepadanya sejak zaman azali. Dalam Al-Qur’an terdapat dua kelompok ayat-ayat yang menyentuh masalah ini yang pada lahirnya saling berlawanan, sehingga diperlukan penafsiran untuk menjelaskan pengertian kandungan ayat-ayat tersebut. Pertama Firman Allah dalam Surah Az Zumar 3962 اَللهُ Øَا Ù„ِÙ‚ٌ ÙƒُÙ„ِّ Ø´َÙŠْØ¡ٍ ÙˆَÙ‡ُÙˆَ عَÙ„َÙ‰ ÙƒُÙ„ِّ Ø´َÙŠْØ¡ٍ ÙˆَÙƒِÙŠْÙ„ٌ 26 Artinya Allah menciptakan segala sesuatu dan dia memelihara segala sesuatu. QS. Az-Zumar, 3962 Kedua Firman Allah dalam Surah Al-Qamar 5449 اِÙ†َّا ÙƒُÙ„َّ Ø´َÙŠْØ¡ٍ ØَÙ„َÙ‚ْÙ†َا Ù‡ُ بِÙ‚َدَرٍ94 Artinya Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. QS. Al-Qamar, 5449 Ketiga Firman Allah dalam Surah Al-Furqan 252 اَÙ„َّذِÙŠْ Ù„َÙ‡ُ Ù…ُÙ„ْÙƒُ السَّÙ…َاوَاتِ ÙˆَالْØ£َرْضِ ÙˆَÙ„َÙ…ْ ÙŠَتَّØِذْ ÙˆَÙ„َدًا ÙˆَÙ„َÙ…ْ ÙŠَÙƒُÙ†ْ Ù„َÙ‡ُ Ø´َرِÙŠْÙƒٌ فيِ الْÙ…ُÙ„ْÙƒِ ÙˆَØَÙ„َÙ‚َ ÙƒُÙ„َّ Ø´َÙŠْØ¡ٍ فَÙ‚َدَّرَÙ‡ُ تَÙ‚ْدِÙŠْرَا2 Artinya Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu baginya dalam kekuasaan-Nya, dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya[1053]. QS. Al-Furqan 252 C. Hubungan Kebebasan Manusia dan Allah Manusia dalam melakukan sesuatu seolah-oleh mereka memiliki kebebasan di dalam setiap tindakannya, namun ternyata di dalam kebebasan manusia bertindak ada campur tangannya dengan kehendak Allah SWT.. Dan kedua hal ini sangat berkaitan sekali. Takdir tentang penciptaan dan pencatatannya itu sudah terdapat di dalam Al-Lauhul Mahfuzh papan yang terjaga sebagaimana ketentuan dalam menetapkan adanya penciptaan tentang kadarnya, tatacaranya, sifatnya, masanya, tempatnya, sebabnya, pendahuluannya dan kesimpulannya. Tak ada satupun yang melenceng dari ketentuan-Nya tersebut. Hal ini terjadi karena luasnya ilmu yang dimiliki Allah SWT. Dia mengetahui segala hal baik yang akan terjadi, yang sedang terjadi, maupun yang sudah terjadi. Allah juga mengetahui bagaimana sesuatu itu akan terjadi, bagaimana prosesnya, dan bagimana akhirnya. Kemahakuasaan Allah sangat luas dan Agung, tak ada yang mempu membatasi maupun yang melemahkannya. Sesuatu yang sudah dikehendaki Allah itu pasti ada dan sesuatu yang tidak dikehendakinya itu pasti tidak ada.[8] Selain itu, karena melekatnya Allah dengan benda yang maujud dengan aturan sunnatullah. Beliau yang menetapkan segala bagian alam baik yang ada di atas maupun yang ada di bawah dengan seimbang. Keduanya itu, adalah qadha’ dan qadar. Qadha’ dan qadar ini tidak boleh diingkari kecuali oleh orang-orang yang sombong dan menentang atau orang bodoh yang membangkang. Dalam hal ini, manusia memiliki kebebasan dalam usahanya, do’a, dan ikhtiarnya, namun pada nantinya di hasil akhir nanti Allah lah yang menentukan. Di setiap hal yang dialami oleh manusia terdapat takdir Allah yang merupakan ketentuan terbaik darinya yang telah disusun-Nya. Dalam membahas tentang takdir ini banyak sekali aliran yang berbeda pendapat mengenai hal ini, diantara aliran yang paling menonjol dalam membahas takdir yaitu aliran Jabariyah dan Qadariyah. Di dalam aliran jabariyah dijelaskan bahwa manusia tidak menciptakan perbuatannya dan apa yang mereka lakukan itu tidak pantas dikaitkan kepadanya kecuali dengan majaz, yaitu kaitan perbuatan, bukan kaitan usaha alternatif dan kaitan kehendak. Karena menurut mereka perbuatan itu adalah perbuatan Allah yang dilaksanakan melalui tangan hamba-hamba-Nya tanpa adanya kehendak dari hamba. Mereka memiliki ketetapan aqidah bahwa hamba tidak disiksa dan perbuatannya tidak dicela meskipun dalam tataran kejelekan maupun hal yang tercela. Aliran Jabariyah ini sangat bertentangan sekali dengan prinsip yang dimiliki oleh aliran qadariyah yang berpendapat bahwa hamba selalu berdiri sendiri dengan bebas menciptakan perbuatannya. Oleh karena itu mereka berpendapat bahwa hamba itu menjadi Tuhan yang meciptakan perbuatan yang Dia kehendaki. Dengan demikian menjadikan tauhid yang merupakan pokok agama menjadi batal.[9] Dan ada pula golongan Ahlussunnah wal Jama’ah, dimana tokoh-tokoh dari aliran ini mengambil jalan tengah dengan memadukan dua aliran yang bertentangan tersebut. Menurut aliran ini, manusia itu merupakan makhluk Allah yang paling sempurna dengan diberikannya akal kepada mereka. Kehendak dan kuasa yang ada pada dirinya dalam melakukan amal perbuatannya dalam batas kemungkinan, tidak dalam hal yang mustahil. Akan tetapi, usaha dan tindakan yang dilakukan manusia ini tidak berkesan dan kesannya hanya sebagai kerja sebab dan akibat, buak kesan yang haqiqi, karena penbuat kesan yang haqiqi adalah qurah Allah SWT.. Jadi, inti dari aliran ahlussunnah wal jamaah ini adalah orang boleh berusaha dan membuat rencana, tetapi hanya Allah yang akan menentukan hasil akhirnya kelak.[10] Manusia dapat mengerjakan perbuatan sebagaimana semua makhluk dengan beban perbuatan yang diberikan Allah. Perbedaan antara manusia dan semua makhluk adalah manusia diberi kesempatan untuk bisa berusaha dan berikhtiyar karena adanya illat taklif beban dan pembalasan. Manusia itu juga sangat berbeda dengan makhluk lain. Makhluk lain tidak mendapatkan balasan atas apa yang mereka kerjakan dan perbuat, karena mereka tidak diberi kehendak bebas dan berikhtiyar. Denga demikian, jika ia ingin berbuat, maka ia berbuat. Dan bila mereka ingin meninggalkan, maka ia meninggalkan. Manusia akan sampai pada tujuannya dengan sesuatu yang telah mereka kehendaki berupa amal dan dia mengikhtiyarinya untuk dirinya dengan murni absolutasi kehendak dan ikhtiyarnya. Oleh karena itu, seandainya hamba dipaksa untuk beramal, maka dia tidak dihisab dan tidak mendapat balasan berupa pahala dan celaan, karena mereka tidak berkehendak secara bebas dan tidak berikhtiyar secara sempurna. Dengan demikian, bagi orang yang memperoleh taufik dapat bekerjasama antara eksistensi aktivasi hamba yang telah ditentuakn oleh Allah secara azali kepada hamba yang berbuat dan antara eksistensi hamba yang berkehendak dan berikhtiyar untuk perbuatannya, mereka akan disiksa karena kejahatannya, dan akan diberi pahala karena amal kebaikannya.[11] D. Hikmah Kepada Qada’ Dan Qadar 1. Mendorong orang muslim bekerja keras dan berjuang untuk meningkatkan harkat dan martabatnya di bumi dan dapat dijadikan suatu daya ruhani yang dapat memperteguh hubungannya dengan Allah pencipta alam dan semestanya. 2. Menanam keberanian dalam dirinya untuk untuk membela kebenaran dan melaksanakan kewajibannya. 3. Membuat manusia sadar bahwa segala apa yang ada di alam semesta ini berjalan mengikuti ketentuan Allah Yang Maha Bijaksana. 4. Takdir menuntut orang beriman untuk berusaha dan bekerja, lalu bertawakal dan akhirnya bersyukur karena Allah atas karunia-Nya dan bersabar atas cobaan dan ujian yang menimpanya. 5. Memperoleh hasil yang mengalir dan buah yang baik. 6. Memperoleh kekuatan watak dan keteguhan hati. 7. Memperoleh ketenangan hati. 8. Akan terlepas dari kebingunagan dan kegelisahan pada dirinya, yang terwujud hanya keberanian yang kuat untuk mngedepankan urusan tanpa ada ketakutan, kecemasan, dan keragu-raguan. 9. Menjadi manusia yng bersih jiwanya. 10. Di samping itu, dia menjadi manusia yang sangat mulia ucapan dan jiwanya.[12] BAB III PENUTUP Qadha’ adalah merupakan realisasi atau pelaksanaan dari rencana Allah yang telah disusun, dan qadar merupakan rencana atau ketentuan yang Allah susun untuk direalisasikan kepada kehidupan nyata ini. Oleh karena itu, banyak sekali perbedaan pendapat mengenai kebebasan manusia. Manusia memiliiki kebebasan dalam bertindak, namun dalam setiap tindakannya Allah memberikan aturan tersendiri, yang memberikan batasan disetiap tindakan yang dilakukan oleh manusia. Manusia memiliki kewajiban untuk berusaha ikhtiar, do’a, dan kemudian akhirnya mereka bertawakkal kepada Allah SWt., dan hasilnya ini merupakan takdir dari allah SWT.. Dengan kita mempercayai atau beriman kepada Qadha’ dan Qadar maka kita akan memiliki ketenangan dalam menjalani hidup ini dan mengurangi sifat kufur atas nikmat Allah SWT. Sebaiknya dalam menyikapi takdir Allah dengan penuh ikhlas tanpa mengeluh karena apa yang telah ditakdirkan Allah untuk itu adalah yang terbaik. Akan tetapi, takdir itu dapat berubah selama kita mau berusaha dan selalu berikhtiar kepada Allah SWT. serta tidak lupa untuk senantiasa berdo’a hanya kepada Allah bukan kepada selain-Nya. DAFTAR PUSTAKA Al-Atsari, A. b. 2005. Panduan Akidah Lengkap. Bogor Pustaka Ibnu Katsir. Al-Jazairi, A. B. 2001. Aqidatul Mukmin. Jakarta Pustaka Aman. Baiquni, A. 1995. Kamus Istilah Agama Islam. Surabaya Arkola. Daudy, A. 1997. Kuliah Akidah Islam. Jakarta Bulan Bintang. Hidayat, N. 2015. Akidah Akhlak dan Pembelajarannya. Yogyakarta Penerbit Ombak. [1] Abu Baiquni, Kamus Istilah Agama Islam, Surabaya Arkola, 1995, 21. [3] Ahmad Daudy, Kuliah Akidah Islam, Jakarta Bulan Bintang, 1997, 156. [4] Abdullah bin Abdil Hamid al-Atsari, Panduan Akidah Lengkap, Bogor Pustaka Ibnu Katsir, 2005, 95. [5] Nur Hidayat, Akidah Akhlak dan Pembelajarannya, Yogyakarta Penerbit Ombak, 2015, 120. [6] Abu Bakar Al-Jazairi, Aqidatul Mukmin, Jakarta Pustaka Amani, 2001, 572. [7] Nur Hidayat, 119-120. [8] Abu-Bakar Al-Jazairi, 572. [11] Abu Bakar Al-Jazairi, 594-595. Download Link Download Makalah IMAN KEPADA QADHA’ DAN QADAR Format Docx. Tweet Share Share Share Share MotionGraphic tentang iman kepada qada dan qadar atau beriman kepada qada dan qadar (iman kepada takdir)? Bagaimana Motion Graphic tentang iman kepada qada 2gnoNhr.
  • 4rplixzofp.pages.dev/317
  • 4rplixzofp.pages.dev/363
  • 4rplixzofp.pages.dev/426
  • 4rplixzofp.pages.dev/483
  • 4rplixzofp.pages.dev/71
  • 4rplixzofp.pages.dev/21
  • 4rplixzofp.pages.dev/157
  • 4rplixzofp.pages.dev/426
  • makalah iman kepada qada dan qadar